JAKARTA - Utang pemerintah sudah menjadi masalah yang merisaukan
sekaligus membuat miris. Pertama, karena jumlah utang sudah demikian
menggunung. Menurut rilis Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra),
jumlah utang pemerintah ini makin mendekati Rp 2.000 triliun. Persisnya sudah
mencapai Rp 1.937 triliun. Tumpukan utang sebesar itu, jika dibagi rata kepada
seluruh penduduk, maka tiap kepala kini menanggung beban utang sekitar Rp 7
juta.
Kedua, utang pemerintah ini membuat miris karena pinjaman
terus-menerus bertambah. Seperti dilansir Suara Karya, kecanduan mengambil
pinjaman yang dilakukan pemerintah bisa dilihat dari data setiap tahun selalu
ada tambahan utang dalam jumlah signifikan. Tahun ini, misalnya, utang baru
berjumlah senilai Rp 134 triliun. Sementara tahun lalu sekitar Rp 126 triliun.
Kalau beban utang ini sudah benar-benar memerangkap,
kebangkrutan keuangan negara sungguh niscaya. Krisis keuangan yang kini melanda
sejumlah negara Eropa adalah potret nyata tentang perangkap utang ini.
Di sisi lain, pemanfaatan dana pinjaman untuk proyek-proyek
pembangunan sendiri tak benar-benar efektif. Betapa tidak, karena proyek-proyek
pembangunan banyak diwarnai praktik mark-up, manipulasi, atau apa pun yang
mengutub pada tindak korupsi.
Dulu, sebelum era reformasi, menurut tilikan begawan ekonomi
nasional mendiang Sumitro Djojohadikusumo, tingkat kebocoran anggaran kita
mencapai 40 persen. Nah, melihat eskalasi praktik korupsi sekarang ini yang
demikian tinggi, bisa dipastikan tingkat kebocoran anggaran ini jauh lebih
besar lagi. Padahal, sekali lagi, sumber anggaran negara banyak berasal dari
pinjaman – entah pinjaman luar negeri ataupun pinjaman dalam negeri. (*)
Editor : bim
Sumber : Suara Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar